Wednesday, August 17, 2016

Analisa Kelayakan Usaha Ice Cream

Analisa Kelayakan Bisnis / Usaha Ice Cream

Sebelum memulai bisnis/usaha ice cream tentu perlu dianalisa mengenai kelayakan usahanya.
Tentu ada banyak indikator/aspek yang bisa kita jadikan patokan dalam analisa usaha ice cream ini.

Berikut ini kita akan coba menganalisa kelayakan usaha ice cream dari beberapa aspek umum secara garis besar yaitu aspek produksi, pemasaran, dan aspek keuangan atau proyeksi cashflow sederhana.

Aspek Produksi
Aspek ini mencangkup mulai dari ketersediaan bahan baku, bagaimana kita mendapatkannya, bagaimana kita mengolahnya sampai ahirnya menjadi produk ice cream yang siap jual. Bahan baku ini merupakan faktor yang sangat penting dalam kelangsungan proses produksi dan juga kelangsungan usaha secara keseluruhan. Usahakan bahan baku bisa didapatkan secara lokal atau sedekat mungkin dari tempat produksi agar bisa melakukan penghematan dari biaya transportasi/pengangkutan.

Aspek Pemasaran
Penting untuk menyusun konsep pemasaran produk ice cream ini secara baik dan kreatif. Ini mencangkup mulai dari bagaimana nantinya ice cream akan disajikan saat dijual, pengemasan produk, pemberian nama/merk/brand, penentuan harga jual, mentode penjualan, target pasar, segmentasi pasar, cangkupan area pemasaran, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses pemasaran produk.
Kita perlu menggali dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam hal ini untuk memaksimalkan target penjualan.

Aspek Keuangan / Proyeksi Cashflow sederhana
Patokan yang akan kita gunakan dalam aspek ini adalah hitung-hitungan berdasarkan metode produksi dan konsep usaha yang akan diajarkan dalam pelatihan ice cream ini.
Dalam 1 (satu) kali proses produksi bisa menghasilkan 2-4 literan ice cream.
Misalnya kita gunakan 1 kali proses produksi yang menghasilkan 2-2,3liter, dengan biaya perliternya Rp. 9.000.
Setelah dikemas dalam bentuk cup, hasilnya bisa mencapai 35 cup. Dengah harga jual per cupnya adalah Rp. 2.000.

Sekarang mari menghitung:
Biaya produksi 2 liter ice cream = Rp. 18.000.
Pendapatan kotor dari penjualan  = 35 cup x Rp 2.000 = Rp 70.000
Keuntungan kotor = 70.000 - 18.000 = Rp 52.000 (275 % lebih)

Kalau kita menjual secara tidak langsung / sistem titip jual atau dengan armada jual, misalnya kita nitip dengan harga 1.500 per cupnya.
Pendapatan kotor dari penjualan = 35 cup x Rp 1.500 = 52.500
Keuntungan kotor = 52.500 - 18.000 = Rp 34.500 (190 % lebih)

Tentu dari hasil tersebut masih perlu dikurangi dengan beberapa biaya yang lain, tapi meskipun keuntungan kotor sudah dikurang dengan biaya-biaya yang lain, keuntungan bersih yang didapatkan tetap bisa di atas 100%.

Belum lagi jika penjualan dengan konsep Cafe atau Kedai Ice Cream. Harga jual/porsi bisa Rp 10.000 atau lebih. Padahal kisaran biaya produksi/porsi sekitar Rp 3000. Ice Cream goreng pun juga demikian, harga jual sekitar Rp 10.000 padahal biaya produksi sekitar Rp 2.500.

Itu merupakan ulasan sederhana mengenali kelayakan usaha ice cream ini. Analisa ini cukup memberikan gambaran bahwa Usaha Ice Cream ini layak dan potensial untuk digeluti.